Narasumber Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam kunjungan kerjanya ke Pulau Morotai dalam Rangkaian acara Festival Morotai 2019 diadakan di eks lokasi Sail Morotai, Desa Juanga, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara pada Rabu (7/8/2019).
MOROTAI, iNews.id – Travelling ke Morotai tidak lengkap jika belum melihat ikon monumental Perang Dunia II. Monumen kuno ini menjadi daya tarik untuk mendatangkan wisatawan mancanegara.
Wisata sejarah yang menampilkan keunikan ini dapat Anda lihat di Festival Morotai. Festival ini menampilkan daya tarik wisata di Maluku Utara dan sekitarnya.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, Festival Morotai tahun ini menghadirkan acara puncak bertajuk Land Of Stories. Ini menjadi atraksi wisata tersendiri yang bisa menarik wisatawan.
“Saya sampaikan kepada Bupati untuk membuat ikon-ikon Perang Dunia II di Morotai,” kata Menpar dalam sambutannya di Acara Puncak Festival Morotai di Maluku Utara, Rabu (7/8/2019).
Rangkaian acara Festival Morotai 2019 diadakan di eks lokasi Sail Morotai, Desa Juanga, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara.
Pulau Morotai merupakan satu museum besar Perang Dunia II. Satu hari sebelumnya, Menpar mengunjungi beberapa lokasi wisata di Morotai. Salah satunya, yakni Museum Perang Dunia II dan Trikora.
Menurutnya, museum tersebut sangat menarik karena menyimpan sejarah pada masa Perang Dunia II, serta masa pembebasan Irian Barat.
Menpar melihat antusiasme masyarakat dalam Festival Morotai yang masuk dalam Calender Of Event 2020.
“Dari Maluku Utara, ada dua festival yang masuk dalam CoE 2019, yakni Festival Morotai dan Festival Jailolo,” kata Menpar.
Di sisi lain, sebagai faktor pendukung, Maluku Utara memiliki indeks kebahagiaan tertinggi di tingkat nasional. Diikuti oleh Sulawesi Utara dan Maluku sebagai peringkat kedua dan ketiga.
Menpar berpendapat, ketiga daerah ini memiliki ciri khas yang hampir sama, yakni masyarakatnya menyukai seni seperti tarian dan nyanyian.
“Saran saya harus lebih banyak atraksi di Maluku Utara, khususnya Morotai. Tahun ini tercatat ada 20 event, maka tahun depan diusulkan ada 40 event. Artinya, tiap akhir pekan ada event. Semakin banyak event, maka pendapatan masyarakat akan meningkat sehingga pendapatan perkapita juga naik,” kata Menpar.
Festival Morotai merupakan festival yang digagas untuk mengenalkan pesona Indonesia Timur, baik sisi alam budaya dan masyarakatnya. Tahun ini, pertama kalinya Festival Morotai masuk dalam 100 Calendar of Events Wonderful, Kementerian Pariwisata.
Pada kesempatan yang sama, Bupati Pulau Morotai Benny Laos menyampaikan terima kasih pada Kementerian Pariwisata yang menetapkan Festival Morotai masuk dalam 100 Calender of Event Kementerian Pariwisata.
Selain itu, Bupati juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak, terutama para penampil Bambu Tada yang telah berlatih keras demi mempersiapkan tampilan terbaik untuk memecahkan rekor MURI.
“Masyarakat Morotai memiliki optimisme serta mau bekerja keras untuk memajukan Morotai. Kami sangat mengapresiasi semangat ini” ujar Benny Laos.
Festival Morotai 2019 menampilkan ragam pertunjukan kesenian daerah, antara lain Musik Bambu Tada, berbagai tarian, dan nyanyian khas daerah. Acara disaksikan oleh ribuan warga masyarakat yang sangat antusias.
Festival Morotai sendiri terdiri atas rangkaian acara yang menyajikan enam event unggulan yang bertumpu pada daya tarik wisata alam (nature), wisata budaya (culture), dan wisata buatan manusia (man-made). Keenam event tersebut adalah Parade Budaya dalam Bahari Pulau Morotai, Pekan Seni Morotai (lomba fotografi, lomba kerajinan tangan), Pekan Olimpiade Morotai (lomba dayung), Festival Musik dan Tari Tradisional, Lomba Mancing berskala internasional atau Fishing Morotai, dan Festival Pesona Kirab Nusantara Morotai.
Artikel ini telah tayang di Inews.id dengan judul “Keunikan Festival Morotai 2019, Tampilkan Monumen Perang Dunia II”.
Editor : Tuty Ocktaviany